Advertisement
Aku tidak tahu bagaimana memulainya. Sebagai seorang penulis, aku pikir dapat mengungkapkannya lewat tulisan namun nyatanya butuh waktu berjam-jam agar dapat merangkai kata-kata ini sejak kamu pergi sore tadi.
Kurang lebih tiga tahun lalu ketika kita
bertemu. Masih terngiang di benakku, kala itu didepan perpus sebuah sekolah
kita bertemu. “BRAM” begitu kamu menyebutkan nama, sementara aku menjabat
tanganmu erat menawarkan senyum tanda pertemanan. Entah sejak kapan setelah itu,
mungkin dua atau bahkan tiga tahun lalu, aku jatuh cinta padamu.
I am
not beautiful, I am not skinny, I am not smart, and I am not even match to the
girls around you. Sejak awal aku tidak ingin jatuh,
tapi entahlah semakin sering bertemu aku makin suka berada di dekatmu.
Nizar, salah satu teman kita, pernah
mengatakan “ I think you’re in love with
that guy. It is clear from the way you see him, your eyes sparks more than
usual”. Tentu kala itu aku menepisnya , tapi kiranya aku tak pernah berhasil
sebab nyatanya aku memang jatuh.
Jangan pernah bertanya apa yang membuatku menjatuhkan pilihan sebab hingga saat karangan
panjang ini ditulis aku tak pernah menemukannya. Ah, entahlah tapi memang begitu adanya.
Memutuskan menerima bahwa aku jatuh cinta
padamu bukanlah perkara mudah. Butuh waktu cukup lama, butuh melewati beberapa
lelaki lain, butuh berbagai pertimbangan, sebelum aku menyetujuinya. Well, pada akhirnya I admit loving you, though.
Mencintai kamu bagiku bukanlah hal yang
mudah dilakukan, sugar. Sampai tiga tahun berlalu aku bukanlah orang yang bisa
memahamimu dengan baik. Aku tidak tahu apa yang kamu suka, aku tidak tahu apa
yang kamu benci, aku tidak tahu apa yang kamu inginkan. Seringkali aku justru
tahu dari teman-teman kita – padahal kala itu ragamu sedang berada di dekatku.
Tahukah kamu bahwa aku sedih mendengar kenyataan ini? I feel like I am not anyone to you.
Mencintai kamu bukan perkara mudah
mengingat kamu adalah sosok yang cukup populer. Bukan hanya karena kegemaran
kita tidak sama, namun juga karena kamu hampir selalu dikelilingi
perempuan-perempuan manis. Jika kamu tahu, aku mencemburui setiap perempuan
yang dapat mengenalmu dan bertukar pesan denganmu dengan lancar. Sementara aku,
we’re chatting like strangers to each
other.
Asal kamu tahu, hingga saat ini aku belajar
untuk memahamimu. Aku belajar untuk membaca setiap isyarat yang kamu berikan
dan berusaha menerjemahkannya. Tapi lagi-lagi aku gagal, aku gagal menjadi
orang yang mengerti kamu.
Entah berapa kali terjadi hal yang aku
merasa itu salahku. Pada suatu hari ketika kita berencana main ke Bromo
misalnya, kita sempat nyasar dan aku
merasa sangat bersalah untuk itu. Terlebih ketika pulang aku tidak tahu kalau
kamu sakit parah, menyedihkan ‘kan?
I am
not perfect, sugar, and I will never be able to be the perfect girl you want. Tetapi aku mengatakannya sekali lagi, I always try my best to fit your preference. Meskipun pada
akhirnya, tetap saja aku tak mampu mengalahkan perempuan manis yang ada
didekatmu.
Satu-satunya cara yang bisa aku lakukan
adalah membantumu menyelesaikan tugas akhir studi sarjanamu; tentu saja karena
itulah satu-satunya hal yang mungkin bisa aku lakukan. Untuk ini aku ingin
meminta maaf sebab aku seringkali merasa jahat karena memaksamu melakukan
banyak hal yang tidak ingin kamu lakukan. Maaf karena aku tidak tahu lagi
bagaimana cara menunjukkan sayangku.
Lalu kini September 2015 datang, dan kamu
telah menyelesaikan studi dengan baik. What
else I can do? Aku mencari-cari cara agar bisa membantumu, namun akhirnya
aku tersadar jika mungkin aku sedang berada di jalan buntu. Berakhirnya beban
tugas akhirmu membuatku kelimpungan merasa insecure;
iya, aku takut kamu menghilang.
Jauh di hati aku berharap kamu melihat
semua ini, but who am I to wish something
like that? Aku (setidaknya itu yang
ada dalam pikiranku) bukan siapapun yang
dapat berharap lebih untuk sesuatu yang menyangkut perasaanmu ‘kan? Perhaps you think I am pathetic, huh? Well
yes, I admit that I am pathetic.
Mungkin bagi beberapa orang rasa ini
terlalu bertele-tele (untuk ukuran perempuan dewasa muda sepertiku)tapi tahukah
kamu bahwa memberikan isyarat bukanlah hal yang tidak aku lakukan. Beberapa
kali aku mencoba memberikan pertanda, namun tetap saja aku tidak tahu bagaimana
kamu menerjemahkannya.
Kamu ingat ulang tahunmu yang ke-24 di awal
tahun ini? Aku hampir tidak tidur membuatkan makanan yang mungkin kupikir kamu
bakal menyukainya. Toh pada akhirnya
lagi-lagi aku gagal memberikan kejutan manis. Jika diingat-ingat ada beberapa
pertanda lain yang sudah kuisyaratkan namun entahlah aku tak pernah tahu apa
yang kamu pikirkan.
Mengetahui pandanganmu tentangku adalah
satu hal yang sangat aku harapkan beberapa waktu ini. Sayangnya, aku terlalu
takut menghadapi kenyataan. Perasaanku mengatakan bahwa sepertinya kamu hanya
menganggap “kita” adalah teman, no more than that. Every time I think of it
I feel like I am torn apart; my heart breaks to pieces, in case you care to
know.
Lalu, semua berawal dari awal bulan ini
saat terakhir kita bertemu. Tanggal 27 Agustus 2015 sepertinya kamu baik-baik saja.
Aku ingat hari itu aku bertemu denganmu, aku bahkan sempat tersenyum melihatmu
terlelap sebelum aku pergi meninggalkan rumahmu.
Beberapa hari setelah itu masih terngiang
kejadian kamu kehilangan dompetmu,namun kamu tidak mengatakan apapun padaku
padahal hari itu hampir seharian kita bersama. Kamu diam dan asyik dengan game-mu sementara aku seperti biasa
hanya berada di sampingmu menemani hingga malam. Tahukah kamu saat itu (sebelum
aku pulang) aku marah padamu; aku sebal karena aku melihat kamu chat dengan seorang perempuan (yang kamu
bilang partner). Aku melihat saat dia
mengirimkan fotonya padamu. Kamu tahu, aku cemburu.
Dua minggu telah berlalu hingga sore tadi
kita beberapa detik bertemu. I felt slight
change in you. I felt like you were so far away from me. It seemed like you
were in rush and you didn’t want to meet me. Was my feeling true? Setelah
kamu berpamitan tadi, aku cepat-cepat mengirimkan chat ke kamu. I texted “It is good to see you okay”, aku
berharap ada balasan dan dapat menepis semua pikiran jelek tadi. Semenit dua
menit aku menunggu, namun tetap tak ada balasan darimu. Lalu, inikah jawabanmu
atas tiga tahunku? Harus seperti inikah aku mundur dan berlalu?
Aku tak memahami apa yang sedang terjadi diantara kita saat ini, apakah kamu sudah bosan denganku? Ataukah kamu sudah menemukan perempuan lain? Entahlah, mengingatnya membuat semua sakit.
Aku menulis semua ini bukan karena aku ingin merasa dikasihani, aku tidak ingin seperti itu. Aku juga tidak pernah ingin membuat semua orang merasa kamu pihak yang jahat dan aku yang dijahati, sebab aku tahu semua hal ini terjadi karena aku dan kamu sama-sama menyetujui. Well, perhaps I am too much in involving my heart.
Aku tak memahami apa yang sedang terjadi diantara kita saat ini, apakah kamu sudah bosan denganku? Ataukah kamu sudah menemukan perempuan lain? Entahlah, mengingatnya membuat semua sakit.
Aku menulis semua ini bukan karena aku ingin merasa dikasihani, aku tidak ingin seperti itu. Aku juga tidak pernah ingin membuat semua orang merasa kamu pihak yang jahat dan aku yang dijahati, sebab aku tahu semua hal ini terjadi karena aku dan kamu sama-sama menyetujui. Well, perhaps I am too much in involving my heart.
I had
never regretted everything we once shared. Tetapi,
satu hal yang terakhir yang ingin kamu tahu dan semoga bisa tersampaikan. Aku
ingin mengatakan didepanmu aku
mencintaimu dan aku tak menyesalinya.
0 komentar:
Posting Komentar